Buka Kuliah Umum Pascasarjana, Rektor: Pendidik yang Baik Senantiasa Mendoakan Anak Didiknya
Humas IAIN Parepare – Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Parepare menyelenggarakan kuliah umum semester ganjil tahun akademik 2022/2023 di Aula Seni IAIN Parepare, Senin (12/09/2022)
Kegiatan yang mengangkat tema “Pendidikan Islam Innersubjektif Berlandaskan kepada Dua Pusaka Abadi Qur’an dan Sunnah-Nya” menghadirkan pembicara Dr. Waryani Fajar Riyanto, S.H.I., M.Ag., Ketua Pusat Moderasi Beragama dan Kebhinekaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dr. Darmawati, M.Pd., Direktur Pascasarjana IAIN Parepare dalam sambutan pembukaan kuliah umum tersebut menyampaikan bahwa salah satu tujuan Pascasarjana IAIN Parepare adalah menghasilkan alumni terbaik yang siap menghadapi tantangan zaman.
“Jumlah mahasiwa aktif kita pada tahun akademik berjalan adalah 500 orang, dan salah satu tujuan dari pascasarjana adalah menghasilkan alumni terbaik yang siap menghadapi tantangan zaman,” ungkapnya.
“Terima kasih kepada Bapak narasumber yang bersedia hadir di tengah-tengah kita untuk berbagi ilmu, dan terima kasih pula terkhsusus kepada para tamu undangan dan audiens yang mengambil bagian menyukseskan acara ini”, tutup Darmawati.
Rektor IAIN Parepare, Dr. Hannani, M.Ag., dalam sambutannya mengatakan bahwa selain tridarma, hal yang paling penting bagi dosen adalah mendoakan mahasiswanya.
“Pendidik yang baik adalah senantiasa mendoakan anak-anak didiknya. Jadi, haram hukumnya dosen mendoakan dirinya sebelum mendoakan mahasiswanya. Itu hal yang paling penting bagi dosen. Itulah sebabnya, Bapak/Ibu sering mendoakan seseorang, maka orang tersebut senang kepada Bapak/Ibu, karena yang didoakan adalah diri kita, ruh kita, ” ungkap Hannani.
Sementara itu, Dr. Waryani Fajar Riyanto, S.H.I., M.Ag. dalam pemaparan materinya menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia dalam kehidupan memiliki empat sifat.
“Pertama, tidak mau kelintasan. Bila mendengarkan sesuatu walaupun mereka tidak melihatnya, mudah sekali terpengaruh. Dengan mudahnya pula manusia mengambil kesimpulan tentang apa yang didengarnya, walaupun mereka tidak mengetahui usul-asalnya; kedua, tidak mau kerendahan, misalnya, bila melihat orang berhasil, secara otomatis manusia bisa tersulut dengan kebencian, iri, dengki, mengasut orang lain, lalu melakukan tindakan yang tidak terpuji. Padahal, mereka malas bekerja, tidak mau berusaha; ketiga, tidak mau kekurangan. Tidak merasa puas saja yang dimilikinya, merasa tidak pernah cukup. Bila memperloleh rezeki sedikit, ingin memperoleh rezeki yang lebih cukup, sudah memperoleh rezeki cukup ingin memperoleh melebihi; keempat, tidak mau kalah, misalnya dalam urusan dunia akademisi ataupun dalam dunia politik, mereka tidak pernah mau kalah berargumen, tidak henti-hentinya bertengkar. Padahal persoalannya sangat sederhana, lalu kemudian menjadi besar. Oleh karena tidak mau kalah lalu mereka berkelompok-kelompok satu sama lain,” papar Ketua Pusat Moderasi Beragama dan Kebhinekaan UIN Sunan Kalijaga tersebut. (*AhY-)