Skip to Content

Seminar Nasional FUAD IAIN Parepare: Komunikasi Islam sebagai Kalimatun Sawa di Era Metaverse

July 19, 2022 by
khaerunnisaihwan

Seminar Nasional FUAD IAIN Parepare: Komunikasi Islam sebagai Kalimatun Sawa di Era Metaverse

Humas IAIN Parepare–Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare menggelar kegiatan seminar nasional dengan tema “Komunikasi Islam sebagai Kalimatun Sawa di Era Metaverse” di Auditorium IAIN Parepare, Rabu (20/07/2022).

Seminar Nasioal FUAD yang dibuka langsung oleh Rektor IAIN Parepare, Dr. Hannani, menghadirkan dua narasumber, yakni: Dr. M. Asrorun Ni’am Sholeh, M.A., Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia dan Dr. Saprillah, M.Si., Kepala Balai Litbang Agama Makassar Kementerian Agama Republik Indonesia.

Seminar nasional ini dihadiri oleh civitas academika IAIN Parepare yang terdiri dari dosen, tenaga kependidikan , dan mahasiswa sebagai peserta. Turut hadir, Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan, Dr. M. Kamal Subair, M. Ag., Ketua STAI DDI Mangkoso, dan sejumlah pejabat Fakultas. Pada kegiatan tersebut, Kepala Pusat Moderasi Beragama, Dr. Suarning, M.Ag., bertindak sebagai moderator.

Rektor IAIN Parepare, Dr. Hannani, M.Ag. menjelaskan bahwa metaverse adalah suatu dunia rekaan kreasi manusia yang di dalamnya menusia bisa beraktivitas seperti halnya di dunia nyata, sehingga batas antara dunia nyata dan dunia menjadi kabur.

Dr. A. Nurkidam, Dekan FUAD mengatakan bahwa kalimatun sawa adalah kalimat yang dapat diterima oleh semua golongan termasuk di Indonesia, sama halnya ketika Nabi Muhammad saw. membentuk negara Madinah.

Pemateri pertama, Dr. M. Asrorun Ni’am Sholeh, M.A. merumuskan tiga prinsip dalam merespons perubahan di era metaverse.

“Setidaknya ada tiga prinsip yang harus diperhatikan dalam merespons perubahan masyarakat yang begitu cepat, yang tidak jarang perubahan tersebut menggesar nilai-nilai keluhuran yang telah kita miliki. Ketiga prinsip tersebut: al-Muhāfadzah ‘ala al qadīmi al shālih/mempertahankan nilai-nilai lama yang baik; wa al-akhdzu bi al-jadīdi al ashlah/mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik; wa al ījād ila mā huwa al ashlah tsumma al ashlah fa alashlah/ melakukan penemuan dan inovasi menuju kondisi lebih baik dan lebih baik” ungkap Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olehraga Republik Indonesia tersebut.

Dr. Saprillah, M.Si., pemateri kedua menyatakan bahwa konsep metaverse sesungguhnya konsep yang sudah ada sejak lama. “Dalam konteks budaya Bugis dikenal tiga konsep dunia yakni: boting langi’, ale kawa dan perettiwi. Sesungguhnya yang kita lihat ini adalah ale kawa, sementara boting langi’, dan perettiwi itu ruang virtual sesungguhnya, yang sekarang ini kita pahami itu sebagai metaverse,” kata Dr. Saprillah. (Ahy-Tin)


in News
khaerunnisaihwan July 19, 2022
BAGIKAN POSTINGAN ini
Tags
Archive